Apakah tahun 2024 kita masih dalam badai layoff? saya menyerahkan jawabannya kepada anda yang membaca tulisan ini. Apa yang saya tahu sekarang ini adalah situasi yang rumit dan menantang bagi para pekerja di berbagai industri. Banyak company melakukan layoff. Mungkin semua ini terjadi karena berbagai perubahan cepat di dunia, seperti perkembangan teknologi, pandemi global, dan dinamika pasar yang tidak stabil.

Bagi banyak orang, sulit menemukan hikmahnya. Namun, seringkali pada saat itulah peluang yang tidak terduga muncul. Misalnya terjadi layoff, hal ini mengajarkan banyak orang bahwa mereka sebenarnya bisa menemukan cara baru untuk menjual keterampilan mereka. Contoh lainnya lockdown saat Covid. Lockdown ini mengajarkan semua orang bahwa mereka sebenarnya bisa bekerja dari rumah.

Dengan kondisi yang demikian, saya merasa ke depan, mungkin akan mengajarkan banyak orang bahwa mereka sebenarnya bisa menjadi freelance yang sukses.

Kondisi yang Kepepet

Belum tentu ini merupakan transisi yang disengaja. Banyak pekerja (misalnya teknologi) yang beralih menjadi freelance karena kebutuhan setelah terkena layoff di company, banyak yang beralih ke platfform freelance online. Contohnya seperti Upwork, Toptal, PeoplePerHour dan lain sebagainya.

Tahun lalu merupakan tahun yang brutal bagi pekerja big tech, yang merasakan betapa rapuhnya pekerjaan mereka yang nyaman.

Tech Layoff

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan pekerja teknologi yang belum mendapatkan pekerjaan pada tahun 2024?

  1. Cari pekerjaan baru. Prospek yang rumit saat ini, jika mereka mencari sesuatu yang menyerupai gaji mereka sebelumnya.

  2. Build company sendiri. Akan muncul pertanyaan “apa yang akan saya build?”. Masalahnya adalah anda perlu menanggung biaya hidup sambil membangun company anda.

  3. Menjadi freelancer. Pilihan yang paling kuat dari pilihan lainnya. Jam kerja yang fleksibel memungkinkan anda untuk membangun startup sendiri di waktu luang, explore skill baru, atau mencari pekerjaan company yang bersalary sekian $ per bulan jika itu yang anda inginkan.

Menambah Persaingan

Ini mungkin terdengar seperti masalah bagi freelancer lainnya. Persaingan baru dari ex big tech yang memiliki reputasi baik tampaknya meresehkan. Tapi jangan khawatir. Ketika company melakukan layoff, ada beberapa hal yang terjadi :

  1. Mereka melakukan koreksi dan setelahnya akan mencari talent yang lain misalnya freelancer.
  2. Banyak company kecil merasa takut untuk mempekerjakan karyawan tetap. Jadi mereka pun beralih ke freelancer.
  3. Banyak karyawan layoff dan tidak mau menjadi freelancer. Mereka tentunya akan memilih salah satu dari dua opsi lain yang tercantum di bagian sebelumnya.

Oleh karena itu, dampak buruk dari meningkatnya persaingan tidak sebesar yang terlihat pada pandangan pertama. Meningkatnya jumlah freelancer seimbang dengan meningkatnya permintaan pekerjaan terhadap freelancer.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengalaman. Software engineer otodidak dengan pengalaman freelance selama 5 tahun lebih mungkin mendapatkan pekerjaan freelance dibandingkan ex Google yang belum pernah berkomunikasi dengan klien sama sekali. Skil teknis percuma jika anda tidak dapat menulis proposal yang bagus, anda akan kesulitan menemukan pekerjaan freelance.

Bergerak cepat saat semua orang melambat

Saya ingin mengembangkan argumen saya lebih lanjut mengenai peluang yang dimiliki oleh freelancer dalam menghadapi badai layoff seperti ini. Berikut argument saya :

Ketika terkena layoff, orang yang akan belanja semakin berkurang. Karena yang belanja berkurang, pasokan pun berkurang. Ketika pasokan berkurang, harga pun turun.

Bagi company, ini adalah berita buruk. Mereka memiliki karyawan. Mereka punya gaji. Lalu ada asuransi, pajak, biaya sewa kantor, dan lain sebagainya. Pengeluaran akan terus menumpuk sementara keuntungan menurun.

Bagi para freelancer, ini adalah kesempatan untuk mengumpulkan modal. Freelancing menurut saya adalah bisnis yang bikin duit cepat dan gak banyak biaya. Dan ketika company memangkas biaya melalui layoff, mereka mendatangi anda dengan kontrak jangka pendek.

Coba tebak, bisnis apa yang bisa jadi lebih kuat ketika kondisi seperti ini? Pasti yang punya banyak duit masuk dan pengeluaran minim.

Mereka bisa kumpulin modal, terus ketika momennya datang, bisa langsung dipakai. Sementara company tradisional yang mahal biayanya dan untungnya tipis, banyak yang kesusahan. Tetapi anda malah ambil semua duit yang masuk dan manfaatin semuanya. Misalnya beli saham ketika harganya lagi turun. Punya peluang? Langsung dipakai duitnya. Jadi kayak lagi bangun benteng finansial, sementara yang lain sibuk ngejaga agar semuanya tetap aman. anda bisa nunggu dan manfaatin uang anda kapan aja ada peluang.

Let’s Do Now!!!

Jadi, sekarang kita harus ngerti, mencari klien yang worth it lebih sulit ketika kondisi seperti ini. Orang rata-rata punya duit lebih sedikit buat belanja. Tapi, bukan berarti nggak ada klien keren. Mereka masih ada di luar sana, nungguin lho.

Kalau lho bisa lewatin masa-masa susah ini, ketika pasar lagi bagus, lho bakal keluar jadi pemenang. Yang lain mungkin baru mulai bisnis baru setelah kumpulin keberanian. Lho? lho bakal unggul dari mereka dalam segala hal: kenalan, modal, pengalaman jadi pengusaha, ide, dan ketahanan.

Ada yang bilang masa-masa sulit bikin orang jadi kuat. Gue sih nggak tahu itu benar atau nggak, tapi yang pasti masa-masa susah itu bikin wirausahawan. Dan jadi freelancer itu pintu gerbang yang pas buat itu.